BOLANEWS.MY.ID - Madrid terasa lebih dingin dari biasanya di Natal tahun ini, tetapi di Valdebebas, suhu persaingan justru mendidih. Real Madrid menutup tahun 2025 dengan status yang sangat familiar bagi mereka: Penguasa. Jika ada keraguan tentang bagaimana Kylian Mbappe akan beradaptasi di musim keduanya (atau paruh musim ini), statistik telah membungkam semua kritikus.
Tanggal 25 Desember ini, Carlo Ancelotti bisa menikmati Panettone-nya dengan tenang. Los Blancos duduk nyaman di puncak klasemen La Liga, meninggalkan Barcelona dan Atletico Madrid yang masih sibuk dengan inkonsistensi mereka sendiri. Namun, cerita besarnya bukan hanya soal poin, melainkan bagaimana "Galacticos Era Baru" ini akhirnya menemukan harmoni yang menakutkan.
Mbappe: Bukan Lagi Tamu, Tapi Tuan Rumah
Musim lalu, kita melihat Mbappe yang masih "sopan", mencoba tidak menginjak kaki Vinicius Jr di sayap kiri. Namun di akhir 2025 ini, kita melihat monster yang berbeda. Ancelotti, dengan kecerdasan taktisnya yang pragmatis, berhasil menciptakan sistem hibrida yang cair. Mbappe tidak terpaku di tengah, dan Vini tidak terpaku di kiri. Mereka bertukar posisi dengan telepati yang membuat bek-bek lawan mengalami mimpi buruk.
Gol-gol yang tercipta sepanjang Desember bukan lagi hasil aksi individu semata, melainkan buah dari orkestrasi tim. Jude Bellingham, yang sempat sedikit meredup produktivitas golnya demi keseimbangan tim, kembali menemukan sepatu scoring-nya di momen krusial sebelum jeda musim dingin. Madrid kini memiliki trisula maut yang mungkin lebih tajam dari era BBC (Bale, Benzema, Cristiano).
"Orang bilang Real Madrid menang karena uang. Tidak, kami menang karena kami tahu cara menderita saat ditekan, dan cara membunuh saat mendapat celah setengah meter saja. Mbappe? Dia sekarang Madridista sejati, dia paham lencana di dadanya lebih besar dari namanya sendiri," ujar legenda klub, Guti, dalam analisisnya di TV Spanyol baru-baru ini.
Ancaman Cedera dan Rotasi Januari
Namun, tidak ada gading yang tak retak. Di balik dominasi ini, badai cedera di lini pertahanan masih menjadi bom waktu. Alaba dan Militao telah bekerja keras, namun kedalaman skuad di sektor bek tengah masih mengkhawatirkan. Florentino Perez dikenal jarang belanja di Januari, tetapi situasi mendesak mungkin memaksanya berubah pikiran.
Jadwal Liga Champions format baru yang melelahkan di awal 2026 nanti akan menguras fisik. Jika Madrid ingin menyapu bersih semua gelar (Sextuple mungkin?), rotasi pemain bukan lagi pilihan, tapi kewajiban. Pemain muda seperti Arda Güler dan Endrick harus siap naik panggung ketika para senior membutuhkan nafas.
Kesimpulan: Hegemoni Putih Belum Berakhir
Menatap 2026, Real Madrid mengirim pesan jelas ke seluruh Eropa: Mereka belum kenyang. Rasa lapar untuk menang di klub ini adalah penyakit menular yang positif. Bagi rival mereka, Natal tahun ini terasa kelabu melihat betapa kokohnya tembok putih Bernabeu.
Mbappe sedang dalam performa Ballon d'Or, Vinicius sedang menari, dan Bellingham sedang memimpin. Selamat Natal dari ibu kota Spanyol, di mana rajanya masih memakai mahkota putih.
