Mason Mount Menolak Habis! Ambisi Gila Demi Tiket Piala Dunia 2026 dan Kebangkitan di MU

Saleh Ahmad
0
Ambisi bangkit Mason Mount demi tiket ke Piala Dunia.
Dari pahlawan Chelsea menjadi pesakitan di Old Trafford. Kini, Mason Mount punya satu misi besar: Membuktikan dirinya belum habis demi tiket pesawat ke Amerika Serikat 2026. (c) BolaNews/Ilustrasi

BOLA NEWS - Sepak bola adalah panggung yang kejam. Hari ini Anda dipuja sebagai The Golden Boy, esok hari Anda bisa dilupakan di bangku cadangan. Narasi inilah yang sedang mati-matian coba diubah oleh Mason Mount. Gelandang Manchester United yang sempat tenggelam dalam badai cedera dan kritik pedas itu, kini menatap tahun 2026 dengan sorot mata berbeda. Ada api ambisi yang kembali menyala: Mimpi tampil di Piala Dunia 2026.

Perjalanan Mount sejak menyeberang dari Stamford Bridge ke Old Trafford ibarat roller coaster yang macet di tanjakan. Ekspektasi tinggi yang disematkan padanya seolah menjadi beban yang meremukkan kakinya. Cedera demi cedera datang silih berganti, membuatnya lebih akrab dengan ruang fisioterapi daripada rumput hijau. Publik Inggris mulai melupakannya, teralihkan oleh kilau Jude Bellingham, Phil Foden, dan Cole Palmer.

Namun, Mount menolak menyerah. Di usianya yang masih 26 tahun (pada 2025), ia sadar bahwa masa emasnya belum lewat. Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada adalah target realistis sekaligus obsesif. Untuk sampai ke sana, ia tahu "jalan pintas" tidak ada. Ia harus kembali menjadi monster pressing dan kreator serangan yang dulu membuat Gareth Southgate jatuh cinta.

Ruben Amorim, manajer baru United, bisa menjadi kunci kebangkitan ini. Sistem 3-4-3 yang diusung Amorim membutuhkan dua "pemain nomor 10" yang rajin bergerak di belakang striker. Posisi ini adalah habitat alami Mount. Jika ia bisa fit 100 persen, Mount memiliki atribut taktis yang sangat cocok dengan filosofi Amorim: kerja keras, disiplin posisi, dan visi umpan progresif.


IKLAN SPONSOR

Persaingan Lini Tengah "The Three Lions"

Tugas Mount tidak mudah. Lini tengah Timnas Inggris saat ini adalah salah satu yang terpadat dan termewah di dunia. Untuk merebut satu tempat di pesawat menuju Piala Dunia, ia harus menyingkirkan atau setidaknya mensejajarkan diri dengan nama-nama seperti James Maddison, Eberechi Eze, hingga Morgan Gibbs-White. Pelatih Inggris (siapapun yang menjabat nanti) pasti akan memilih pemain berdasarkan performa terkini (current form), bukan reputasi masa lalu.

"Saya tahu orang-orang mulai meragukan saya. Itu wajar. Tapi saya tahu apa yang bisa saya lakukan saat tubuh saya sehat. Piala Dunia adalah puncak mimpi setiap pemain. Saya akan melakukan segalanya, bahkan jika harus merangkak, untuk kembali ke level itu," ujar Mount dalam sebuah wawancara emosional dengan media Inggris.

Kesimpulan: Pembuktian Terakhir

Musim 2025/2026 akan menjadi musim penghakiman bagi Mason Mount. Jika ia kembali gagal bersinar, kariernya di level elit mungkin akan tamat. Namun jika ia bangkit, ini akan menjadi salah satu kisah comeback terbaik di sepak bola Inggris modern. Mason Mount sedang mempertaruhkan segalanya, dan Piala Dunia 2026 adalah garis finis yang ia kejar.

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)
3/related/default