Respons PSSI soal Ancaman Sanksi dari FIFA atas Tragedi Kanjuruhan


Sekjen PSSI, Yunus Nusi, memberikan tanggapannya terkait dengan ancaman sanksi dari FIFA menyusul tragedi kerusuhan suporter di Stadion Kanjuruhan.

Insiden tersebut terjadi pasca pertandingan pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 antara tuan rumah Arema FC dan Persebaya Surabaya.

Adapun laga yang digelar pada Sabtu (1/10/2022) malam WIB itu berhasil dimenangi oleh Persebaya dengan skor 3-2.

Suporter Arema FC kemudian melampiaskan kekecewaan atas kekalahan timnya dengan turun ke lapangan.

Situasi yang tidak terkendali membuat aparat keamanan harus menembakkan gas air mata ke arah suporter.

Setelah itu, ribuan suporter kemudian berdesak-desakan untuk keluar melalui satu titik.

Akibatnya, beberapa di antara mereka terjatuh lantaran kehabisan oksigen saat berdesak-desakan.

Dari laporan Wakil Gubernur Jatim, tragedi Kanjuruhan kini telah memakan 174 korban jiwa.

Tidak bisa dipungkuri bahwa tragedi Kanjuruhan ini membuat PSSI dan Indonesia terancam mendapat sanksi dari FIFA.

Salah satunya di antaranya adalah ancaman dicabutnya status tuan rumah untuk Piala Dunia U-20 2023.

Apalagi, ini menjadi tragedi kerusuhan terparah kedua dalam sejarah berdasarkan jumlah korban jiwa.

Sekjen PSSI, Yunus Nusi, pun memberikan tanggapannya terkait dengan kemungkinan sanksi yang diberikan FIFA.

Menurut Yunus Nusi, pihaknya saat ini terus menjalin komunikasi dengan FIFA untuk menjelaskan masalah ini.

Terkait sanksi, Yunus hanya berharap agar FIFA tidak mengambil keputusan yang tidak menguntungkan untuk Indonesia.

Ia juga menegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan bukan merupakan perkelahian antar suporter Arema FC dan Persebaya Surabaya.

"Tadi malam dan tadi pagi kami telah berkomunikasi terus menerus dengan FIFA," kata Yunus, Minggu (2/10/2022).

"Bahkan tadi pagi kita sudah menyampaikan laporannya karena FIFA juga meminta untuk diberikan laporan, ini kejadian yang sangat luar biasa."

"Kita tentu berharap ini tidak menjadi rujukan dan landasan dari FIFA untuk mengambil keputusan yang tidak menguntungkan untuk Indonesia dan PSSI khususnya."

"Kami tetap melakukan komunikasi dan akan menyampaikan laporan bahwa ini bukan sebuah perkelahian antar suporter."

"Insiden ini lebih kepada adanya kerumunan di pintu stadion yang melibatkan puluhan ribu orang."

"Akibatnya terjadi desak-desakan dan pada akhirnya ada yang terinjak dan terjatuh. Itulah yang terjadi pada tragedi Kanjuruhan."

"Sekali lagi, tragedi Kanjuruhan bukan karena perkelahian antar suporter atau penonton,” tambahnya.